
Cagar Alam dan Taman Wisata Pananjung merupakan obyek wisata yang tak akan pernah dilewatkan oleh siapa pun yang berkunjung ke Pangandaran. Bisa dikatakan, inilah jantung kota wisata ini. Terletak di sebuah daratan yang menonjol ke laut, diapit oleh dua pantai (Pantai Barat dan Pantai Timur) yang hanya terpisah seratus meter, membuat lokasinya sangat unik.
Begitu kamu masuk ke Pangandaran, kamu akan masuk pintu gerbang yang akan membawamu lurus ke pantai. Dari sana, hutan cagar alam akan langsung tampak olehmu. Kamu tak akan kesulitan menemukan tempat ini begitu sampai di Pangandaran.
Dua Pantai
Taman Wisata Pananjung bisa dimasuki melalui dua pintu. Pintu pertama di Pantai Barat. Pantai ini sangat hiruk-pikuk, merupakan tempat kebanyakan pelancong tumpah-ruah. Pantainya memang sangat nyaman untuk berenang, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Maka jangan heran jika Pantai Barat dipenuhi oleh persewaan ban pelampung dan body board, bahkan papan surf. Di sepanjang pantai ini juga bisa kamu jumpai banyak penginapan, yang mahal maupun murah, dan tentu saja toko-toko souvenir.
Kamu juga bisa masuk ke Taman Wisata Pananjung melalui Pantai Timur. Pantai ini awalnya merupakan pelabuhan nelayan (direncanakan pelabuhan akan pindah beberapa kilometer lebih ke timur). Meksipun tak sehiruk-pikuk Pantai Barat, pantai ini juga menjadi tempat favorit bagi kamu yang suka berburu
seafood. Di Pantai ini juga berderet penginapan keluarga dan toko-toko souvenir. Pantai Timur jarang direnangi, karena ombaknya yang tenang dan lautnya yang dalam. Tapi tersedia
banana boat bagi yang suka tantangan!
Ada Apa di Taman Wisata
Ada banyak obyek menarik di dalam Taman Wisata Pananjung, yang merupakan bagian dari cagar alam. Binatang-binatang liar dengan mudah kamu temui. Rusa menjangan kadang-kadang mencari makan di antara pelancong yang lalu lalang. Demikian juga banteng, tak jarang turun dan menyapa kamu. Dan kamu juga bisa menyapa monyet serta lutung yang bergelantungan di dahan-dahan pohon.

Di dalam Taman Wisata terdapat banyak gua alam maupun gua buatan. Gua alam merupakan hasil dari proses alami, sementara gua buatan, lebih sering disebut sebagai Gua Jepang, merupakan peninggalan Perang Dunia II. Seperti diketahui, Jepang pernah merencanakan tempat itu sebagai benteng pertahanan mereka, menganggap Sekutu akan datang dari laut selatan. Dugaan mereka salah, Sekutu datang dari utara. Sebagai hasilnya, gua-gua pertahanan itu masih terpelihara dengan baik sampai sekarang.
Kunjungi pula Mata Air Rengganis, yang konon memiliki khasiat awet muda bagi siapa pun yang mandi di sana. Juga Batu Kalde. Juga terdapat puing-puing bekas peninggalan kerajaan Pananjung, Galuh, bagi yang tertarik obyek wisata masa lalu.
Cagar Alam
Cagar Alam Pananjung merupakan wilayah konservasi alam. Sejarah Cagar Alam mundur sejak tahun 1922, ketika Residen Priangan Y. Everen menjadikan lokasi berupa tanjung itu sebagai taman dengan melepaskan seekor banteng, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa. Karena keanekaragaman hayatinya, pada tahun 1934, status tempat itu ditingkatkan menjadi suaka margasatwa dengan luas 530 Ha. Pada tahun 1961, di bawah pemerintahan Republik Indonesia, statusnya ditingkatkan kembali menjadi cagar alam setelah ditemukannya Raflesia padma.
Tahun 1978, sebagian dari cagar alam sebesar 37,7 Ha dijadikan sebagai Taman Wisata, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas tempat wisata dan hiburan. Baru pada tahun 1990, luas Cagar Alam ditambah 470 Ha hingga menjadi 1000 Ha, meliputi Taman Laut dan wilayah perairan yang mengelilinginya.
Pelancong umum tidak diperkenankan untuk memasuki wilayah Cagar Alam (hanya wilayah Taman Wisata yang bisa diakses), demi menjaga kelestarian alam di sana. Tapi hutan hijau dan pegunungan Cagar Alam bisa dinikmati dengan menyewa perahu dan mengelilingi hutan Cagar Alam dari Pantai Barat ke Pantai Timur.
0 komentar:
Posting Komentar