Senin, 18 April 2011

Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran

Pananjung Pangandaran adalah semenanjung kecil yang terletak di pantai selatan Kabupaten Ciamis, di wilayah pariwisata Pangandaran.

Menurut sejarah pembentukannya, diduga Pananjung dulu merupakan sebuah pulau kecil, yang kemudian terhubung dengan daratan Pulau Jawa akibat proses sedimentasi pasir. Pananjung sekarang berstatus sebagai cagar alam. Dari tempat ini orang dapat menyaksikan keindahan terbit dan terbenamnya matahari.
Pananjung adalah istilah orang penduduk lokal sebutan lain dari Pangandaran. Letak panajung membentuk teluk dan diapit pantai barat & pantai timur, diujung selatan ada cagar alam yang menghadap ke pantai laut lepas. terletak di daerah perbatasan prov JATENG & prov JABAR. Masuk wilayah Kab Ciamis JABAR
Dari Pantai Barat Pangandaran, melihat ke samping kiri terhampar pantai pasir putih sementara di belakangnya terlihat kawasan Cagar Alam Pananjung sebagai kawasan konservasi flora dan fauna. Kita dapat naik perahu ke seberang sana atau memutar melalui jalan darat masuk ke cagar alam terlebih dahulu. 

Mengambil jalan laut untuk menuju Pantai Pasir Putih. kita dapat melihat perahu-perahu yang membawa pengunjung mendarat di pantai indah ini.ke dalam kawasan konservasi Cagar Alam Pananjung. Konon kawasan seluas 530 hektar ini memiliki kekayaan bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera. Masuk ke dalam kawasan ini, dapat merasakan berada di dalam hutan yang masih cukup alami

Di dalam kawasan konservasi, menjumpai banyak kera di jalan dan di pohon. sampai bagian ujung yaitu dekat dengan Gua Jepang. di sekitar gua sangat ramai pengunjung dan pedagang yang menjajakan barang-barang seni kerajinan hasil pantai

Objek wisata ini merupakan satu-satunya objek wisata hutan yang ada di Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Keadaan topografi sebagian besar landai dan di beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang terjal.
TWA Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna serta keindahan alam. Hutan sekunder yang berumur 50-60 tahun dengan jenis dominan antara lain laban, kisegel, merong , dan sebagainya. Juga terdapat beberapa jenis pohon peninggalan hutan primer seperti pohpohan kondang, dan benda . Hutan pantai hanya terdapat di bagian timur dan barat kawasan, ditumbuhi pohon formasi Barringtonia, seperti butun, ketapang.


Dengan berbagai ragam flora, kawasan TWA Pangandaran merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar, antara lain tando, monyet ekor panjang , lutung , kalong , banteng, rusa, dan landak. Sedangkan jenis burung antara lain burung cangehgar, tlungtumpuk, cipeuw , dan jogjog. Jenis reptilia adalah biawak , tokek, dan beberapa jenis ular, antara lain ular pucuk.

Banyaknya flora dan fauna yang berkembang biak di sana merupakan daya tarik tersendiri. Tidak heran jika TWA Pangadaran tidak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan. Selain itu, TWA ini mempunyai berbagai daya tarik lainnya, seperti Batu Kalde, salah satu peninggalan sejarah zaman Hindu. Selain itu, banyak terdapat gua alam dan gua buatan seperti Gua Panggung, Gua Parat, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, dan gua-gua peninggalan Jepang.

Daya tarik lainnya yang berada di TWA, baik yang berada di kawasan cagar alam darat maupun cagar alam laut, adalah Batu Layar, Cirengganis, Pantai Pasirputih di kawasan cagar alam laut. Lalu, padang pengembalaan Cikamal, yang merupakan areal padang rumput dan semak seluas 20 ha sebagai habitat banteng dan rusa. Air terjun yang berada di kawasan cagar alam bagian selatan, dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam melalui jalan setapak.

Sejarah kawasan
Pada tahun 1922, seorang Belanda bernama Eyken membeli tanah pertanian di pananjung Pangandaran, kemudian memindahkan penduduk yang tinggal di daerah yang sekarang menjadi taman wisata alam. Selanjutnya daerah tersebut dikelola sebagai daerah perburuan pada tahun 1931.

Pada tahun 1934, daerah tersebut diresmikan menjadi sebuah wildreservaat . Tetapi dengan ditemukannya jenis-jenis tumbuhan penting, termasuk Raflesia patma pada tahun 1961, membuat statusnya diubah menjadi cagar alam, dengan , karena adanya potensi yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam, sebagian wilayah cagar alam yang berbatasan dengan areal permukiman statusnya diubah menjadi taman wisata alam.
Tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitar cagar alam laut (470 ha), sehingga luas kawasan perairan di sekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1.500 ha.


TWA Pangandaran mempunyai banyak legenda, seperti legenda Gua Parat. Gua ini dulu tempat bertapa dan bersemedi beberapa pangeran dari Mesir, yaitu Pangeran Kesepuluh (Syekh Ahmad), Pangeran Kanoman (Syekh Muhammad), Pangeran Maja Agung, dan Pangeran Raja Sumenda. Di dalam gua ini terdapat dua kuburan sebagai tanda bahwa di tempat inilah Syekh Ahmad dan Muhamad menghilang (tilem).

Gua Panggung
Menurut cerita, yang berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing . Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk menjaga lautan di daerah Jabar dan menjaga pantai Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, beliau disebut Embah Jaga Lautan.

Gua Lanang
Gua ini dulunya merupakan keraton pertama Kerajaan Galuh. Sedangkan keraton yang kedua terdapat di Karang Kamulyan Ciamis. Raja Galuh adalah laki-laki (lanang) yang sedang berkelana.

Batu Kalde atau Sapi Gumarang
Di tempat ini, menurut cerita, tinggal seorang sakti yang dapat menjelma menjadi seekor sapi yang gagah berani dan sakti. Sapi Gumarang adalah nakhoda kapal.

Cirengganis
Cerita ini berawal dari adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja Mantri. Pada suatu hari, Raja Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya.
 Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya sedang mandi. Karena terdorong oleh perasaan hatinya, Raja Mantri mengambil pakaian Dewi Rangganis. Karena kesal, Dewi Rangganis kemudian berkata, barang siapa menemukan bajunya, bila perempuan akan dijadikan saudara dan bila laki-laki akan dijadikan suami.

Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Pangandaran semula merupakan tempat perladangan penduduk. Tahun 1922, ketika Y. Eycken menjabat Residen Priangan, diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha.

Tahun 1961, setelah ditemukan bunga Raflesia Fatma yang langka, statusnya diubah lagi menjadi Cagar Alam. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat rekreasi, maka pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut (37,70 ha) dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan perairan di sekitarnya sebagai Cagar Alam Laut (470 ha), sehingga luas seluruhnya menjadi 1.000 ha.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan konservasi Pangandaran dan sekitarnya adalah: lintas alam, bersepeda, berenang, bersampan, scuba diving, snorking dan melihat peninggalan sejarah.

Cagar alam seluar ± 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar. Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan seperti: Gua Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta sumber air Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk Taman Wisata Alam (TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons